Sabtu, 06 Desember 2008

Jangan Ngerepotin Dong!!!!!
Oleh : Sri Izzati Setyo Soekarsono

Hari Minggu pagi, udaranya cerah. Sejak jam lima, sudah ada orang-orang keluar rumah untuk jalan pagi, jogging, ataupun bertamasya. Sebagian orang di kompleks Dirta pergi ke lapangan Gasibu untuk berolah raga, senam pagi, sarapan dan………… belanja!
Tapi, tak seperti itu di rumah Dirta. Padahal, keluarga Dirta dikenal sebagai keluarga yang rajin. Biasanya Minggu pagi orang-orang melihat Pak Hamid beserta istrinya bersantai di teras rumah, atau berkebun. Dirta juga selalu bersepeda dengan teman-temannya, atau pergi bersama ke Gasibu. Tapi, hari ini tidak. Kenapa, ya………?
Olala! Dirta lagi ngambek! Ngambek-nya sampai melibatkan seisi rumah. Gara-gara celana training yang biasa ia pakai untuk olahraga tidak ketemu, Papa, Mama, Mas Aryo, dan Mbak Ovie, bahkan Bik Inah sampai kelimpugan mencarinya. Padahal yang hilang milik Dirta. Tapi, yang nyari seisi rumah!
“pokoknya harus ketemu!” seru Dirta sambil berkacak pinggang. Dirta seperti mandor kerja saja. Ia tak ikut mencari. Inilah kebiasaan jelek Dirta yang merugikan semua orang. Tapi, lebih baik ambil amannya saja. Kalau keinginannya tak terpenuhi, jangan harap melihat Dirta tersenyum atau tertawa hari ini.
“ Dir! Cuma training aja, masa harus nyari sampai begini?! Kan bisa pakai yang lain?” keluh Mbak Ovie, menegakkan lehernya karena sedari tadi memeriksa kolong lemari baju Dirta. Kadang-kadang pakaian suka jatuh dari lemari karena Dirta maniak beli baju baru, dan kadang-kadang tertendang sana-sini.
“Tapi, Dirta dan Marsya serta Ratih mau ke Gasibu pakai training yang sama,” jelas Dirta sambil mencibir. “Nah, ayo Mbak Ovie! Jangan ,malas! Cari lagi!”
“Yang malas tuh kita atau kamu sih, Dir?” sungut Mas Aryo setelah mencari di lemari handuk. Nggak ada apa-apa, Cuma handuk! Lha wong namanya juga lemari handuk!
“Iya! Kita udah nyariin ke mana-mana, kamu malah enak di sofa, males-malesan sambil nonton Dora. Pake teriak-teriak lagi! Harus ketemu, harus ketemu! Cari terus! Huh! Kamu yang malas, bukan kita!” hardik Mbak Ovie.
“Ya. Kasihan Papa tuh. Sampai-sampai nyari ke bagasi mobil. Mama apalagi! Pake nyari ke lemari bibit sayur! Kamu tuh udah ngerepotin semua orang, tapi kamu sendiri nggak mau repot!” gerutu Mas Aryo. “Udah! Mas Aryo nggak mau nyari lagi. Capek! Sini remote-nya, Mas Aryo mau nonton bola!”
Dirta merengut, merasa diusir dari sofa. Beranjaklah ia. Berjalan ke jendela, melihat Papa yang sampai mengeluarkan semuanya dari bagasi; ban serep, payung, kotak perkakas, sekardus buku bekas, karung beras, oli, dan sebagainya. Semua barang itu mau dibawa. Kardus buku dan beras mau disumbangkan ke panti asuhan. Dan rencananya Papa mau ke bengkel hari ini, ganti oli. Tapi, karena training Dirta nggak ketemu, terpaksa semua rencana itu dibatalkan dulu.
Dirta berjalan gontai ke arah kamar, menelungkup di tempat tidurnya. Eeh……… Dirta nangis!
Mendengar suara tangis, Mas Aryo dan Mbak Ovie berpandangan, lalu mendesah. Buru-buru masuk ke kamar Dirta. Mbak Ovie duduk di samping tempat tidur, Mas Aryo berdiri di ambang pintu.
“Sudah Dir, kalau nggak ketemu bukan salah Dirta, dan bukan salah kita juga. Mungkin sudah waktunya training itu hilang. Kita kan nggak pernah tau apa yang akan terjadi,” hibur Mbak Ovie.
“ Lagian, percuma juga kalau udah ketemu, Dir! Sekarang udah jam sepuluh lebih. Udah siang,udah nggak enak ke Gasibu. Udah pada bubaran mungkin. Mungkin masih ada yang jualan, tapi kan nggak enak buat makan bubur atau ketupat sayur, atau cakwe. Udah nggak anget!” tambah Mas Aryo. Salah ngomong, Mas Aryo! Dirta menangis makin keras.
“Ukh, kau sih ngomong yang nggak-nggak!” keluh Mbak Ovie, menyalahkan adik laki-lakinya.
“Memang benar, kan?!”
“Iya, tapi kita harus menghibur dia. Jangan malah manas-manasin.”
“ Emang kompor, dipanasin! Eh, ngomong-ngomong dipanasin, kayaknya Mama lagi masak sup jamur deh. Wanginya…………hmm!” Mas Aryo mengendus-endus mengikuti aroma yang melewati kamar Dirta. Mbak Ovie menggeleng-geleng.
“Ayo, Dir! Semangat! Kita makan aja sekarang. Mbak Ovie lapar! Makan tadi pagi tertunda, kan? Perutmu sebentar lagi pasti keroncongan. Ayo!” Mbak Ovie menepuk punggung Dirta, lalu melenggang keluar kamar. Dirta berbalik, wajahnya sembab. Hmm……tercium aroma sedap dari dapur. Sup jamur dan tumis jamur! Makanan favotrit Dirta. Kemudian, tercium aroma lain. Bik Inah pasti lagi masak nasi kebuli. Sarapan pagi hari ini nasi kebuli dan tumis serta sop jamur! Enak sekali!
Dirta bangkit dari tempat tidurnya. Ngambek boleh,tapi nggak boleh mogok makan. Mogok makan namanya menyiksa diri. Dalam Islam kan dilarang menyiksa diri! Makanya, Dirta tahu kalau setiap ada orang yang bunuh diri, Dirta selalu berdoa supaya orang itu diampuni dosanya. Hii…….
Mungkin Mbak Ovie dan Mas Aryo benar, pikirnya. Orang-orang sudah nggak mau nyriin lagi buatku, karena sikapku yang sok memerintah dan menjengkelkan! Keinginanaku semuanya harus terpenuhi. Tapi buktinya, Mama sudah nggak nyari lagi. Malah masak. Papa juga……tuh, kedengeran Papa lagi baca koran di teras! Bik Inah juga……… Mbak Ovie dan Mas Aryo juga!
Sambil memandang dirinya di cermin, Dirta bergumam lagi. “Hanya training saja, tak apalah,” gumamnya. “Toh, aku masih punya banyak. Marsya dan Ratih pasti mau mengerti.”
Sambil mematut diri, Dirta sadar ia masih mengenakan piyama. Dibukanya lemari, ia hendak mengambil kaos tipis. Tapi apa yang dilihatnya setelah mengambil kaos tipis?
“Haaaaa……ketemuuuuuuuu!”
Ya! dilihatnya celana training berwarna pink cerah terselip di bagian belakang lemarinya. Satu lagi kebiasaan jelek Dirta. Ia memang suka memberantaki lemari bajunya.
Tergopoh Pak dan Bu Hamid serta Mbak Ovie dan Mas Aryo masuk ke kamar Dirta, dan tersenyum masam melihat putri dan adiknya memegang celana training pink cerah di tangan!
“Nah, Dirta! Ngomong apa sekarang?” ledek Mas Aryo. Mbak Ovie menghela nafas.
“Alhamdulillah………,” ucap Mama. Papa menggeleng-geleng.
“Lain kali Dirta, simpan dengan baik barang-barangmu! Kita kelimpungan nyari sampai bagasi, eeh……… ternyata cuma keselip di lemari! Kita juga malas nyari di lemari kamu, ngeliatnya aja udah ilfil. Ilang feeling!” gerutu Mbak Ovie. Dirta cuman cengengesan.
“Huh, tadi ngambek. Monyongnya sampai lima senti! Tapi, sekarang…? Big smile! Huh!” sungut Mas Aryo. Papa tak ngomong apa-apa, hanya mengusap kepala Dirta, lalu beranjak ke meja makan. Mama kembali ke dapur, membantu Bik Inah menyelesaikan masak.
Sambil cengengesan, Dirta berjalan ke meja makan disusul Mas Aryo dan Mbak Ovie. Mbak Ovie mengatur letak lima piring, lima sendok, dan lima garpu. Piring Dirta satu-satunya yang berbeda. Gambarnya Barbie. Sendok dan garpunya juga. Terbuat dari bahan stainless steel, tapi bercorak Barbie. Dan Dirta menyadari adanya kejanggalan. Di mana sendok dan garpu miliknya?
“Mamaaaa! Papaaaa! Mbak Ovieee! Mas Aryoooo! Bik Inaaaah Mana sendok dan garpu Dirtaaa? Jangan nggak ada, cari sampai ketemuuuuu!”
Reaksi tertunda sesaat, semuanya mematung. Sampai Bik Inah keluar Dapur, mengulurkan sendok dan garpu Dirta yang masih basah.
“Ini Neng, sendok dan garpunya baru dicuci…!"serunya. Dirta menerimanya sambil cengengesan. Semua keluarga memandang kesal. “ Dirtaaaaa!”

Amanat :

Jangan merepotkan orang lain dengan apa yang sudah kita perbuat! Dan jangan menyalahkan orang lain dengn apa yang telah kita lakukan. Berusahalah semampu kita sebelum meminta bantuan kepada orang lain.


***

2 komentar:

ghea safferina mengatakan...

Kereen de ceritanya :D

Unknown mengatakan...

Itu temanya tentang apa ?